Kamis, 16 Februari 2017

Ternyata Rata-Rata Umur Manusia Sekarang Hanya 1,5 Jam Saja

Mungkin kita sering mendengar ada orang yang mengatakan, "Tak terasa ya waktu berlalu begitu cepat . Dulu kita masih sekolah, eh sekarang sudah punya anak." dan ungkapan-ungkapan lainnya yang semisal dengannya.

Memang pada hakikatnya kehidupan dunia ini sangatlah singkat. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan seterusnya. Kalau kita hitung memang kelihatannya sangat lama, namun setelah kita jalani ternyata tidak terasa sudah sekian waktu berlalu begitu cepat.

Namun, pernahkah kita berfikir tentang waktu versi akhirat? Apakah di akhirat juga punya satuan waktu? Samakah waktu versi akhirat dengan waktu versi dunia?
Jawabannya adalah "iya", akhirat juga punya versi waktu tersendiri. Tetapi waktu versi akhirat berbeda dengan versi dunia.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَن يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ ۚ وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ.
(الحج : 47)
Artinya:
"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu."
(QS. Al-Hijr: 47).

Di dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan, " Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu". Kalau kita hitung secara matematika, maka:
1.000 tahun di Dunia = 1 hari di Akhirat
1.000 tahun di Dunia = 24 jam di Akhirat
Jadi, 1 tahun di Dunia = 0,024 jam di Akhirat.

Rasulullah shallallahu ’alayhi wa sallam telah bersabda:
ﺃَﻋْﻤَﺎﺭُ ﺃُﻣَّﺘِـﻲ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴِّﺘِّﻴْﻦَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﺒْﻌِﻴْﻦَ ﻭَﺃَﻗَﻠُّﻬُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳَﺠُﻮﺯُ ﺫَﻟِﻚَ
“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).

Kalau kita kalikan dengan rata-rata umur manusia akhir zaman, yaitu berkisar antara 60 - 70 tahun, misalnya kita ambil umur 63 tahun, maka:
63 tahun di Dunia = 1,512 jam di Akhirat, atau bisa kita bulatkan menjadi 1,5 jam.
Berarti bisa kita simpulkan bahwa rata-rata umur manusia umat Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam menurut versi Allah 'Azza wa Jalla adalah sekitar 1,5 jam saja. Cukup singkat, bukan?

Allah berfirman:
قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ ( ) قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ ( ) قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ( )
(المؤمنون : 112-114)
Artinya:
"Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung".
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui"
(QS. Al-Mu'minun: 112 - 114).

Maka kita sebagai seorang muslim hendaklah bijaksana dalam memanfaatkan umur kita di dunia ini. Jangan sampai kita mengorbankan kehidupan akhirat yang kekal demi mengikuti hawa nafsu dan meraih kenikmatan dunia yang fana ini. Ingatlah, dunia hanya sebentar dan akhirat adalah kekal abadi. Dunia adalah tempat kita singgah untuk mencari bekal, dan suatu saat nanti kita akan dipanggil pulang kembali ke kampung halaman kita yaitu akhirat.

Wallahu A'lam.

Pontianak, 18 Jumadil Awwal 1438H / 15 Februari 2017.

(Abu 'Abdillah, Eka Fitriansyah ibnu Sunardi).
BACA SELENGKAPNYA

Rabu, 15 Februari 2017

Ketika Sendiri Selalu Diawasi

Ketika Sendiri Selalu Diawasi

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ : ( لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ) قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا ، جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ ، قَالَ : ( أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا ).
Terjemah Hadits:
“Dari Tsauban dari Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam Beliau bersabda, ‘Sungguh aku beritahukan tentang beberapa kaum dari umatku yang datang di hari kiamat membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya seperti debu yang beterbangan.
Tsauban bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah gambarkan mereka kepada kami! Jelaskanlah kepada kami siapa mereka agar kami tidak termasuk mereka dalam keadaan kami tidak mengetahuinya. Beliau Shallallahu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Adapun mereka itu adalah saudara-saudara kalian dan dari bangsa kalian serta menghidupkan malam hari seperti kalian menghidupkannya. Namun mereka adalah kaum-kaum yang apabila menyendiri (tidak ada yang melihatnya) mereka melanggar larangan-larangan Allah.”
(Riwayat Ibnu Majah)

Takhrij Hadits:
Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya, Kitab az-Zuhud, Bab Dzikrudz-Dzunub, 2/1418 no. 4245. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab Silsilah ash-Shahihah no. 505.

Penjelasan Hadits:
Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam menekankan perlunya menguatkan sikap muraqabah (selalu merasa diawasi Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap keadaan dan waktu) dan menanamkannya dalam jiwa setiap muslim. Kekuatan muraqabah inilah yang menjaga seseorang muslim dari melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala walaupun sedang bersendiri tidak dilihat oleh manusia.
Hadits ini berisi ajakan yang cukup jelas dan tegas kepada kita untuk menanamkan dan menumbuhkan sikap muraqabah dan rasa malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap keadaan sehingga sikap-sikap ini tertanam dan terpatri dalam jiwa kita semua.
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam menggambarkan kepada kita keadaan beberapa kaum yang datang di hari kiamat kelak dengan membawa kebaikan yang sangat banyak sampai-sampai menyerupai butiran pasir yang putih sebesar gunung Tihamah di Yaman. Tapi sayang Allah ‘Azza wa Jalla tidak menghiraukan itu semua dan menghancurkan semuanya bagaikan debu yang beterbangan. Rahasianya tidak lain karena mereka bila tidak dilihat manusia dan dalam keadaan sendiri melanggar larangan-larangan Allah ‘Azza wa Jalla tanpa merasa takut dan malu kepada-Nya. Semua larangan Allah mereka terjang dan langgar ketika sepi dan tidak dilihat orang. Ini semua agar dijadikan pelajaran dari kisah ini sebelum terlambat dan terperosok ke dalam lubang tersebut.

Pelajaran Hadits:
1. Pentingnya menumbuhkan sikap muraqabah dalam jiwa kita dengan mengambil sarananya, di antara sarananya adalah:
a. Memperbaiki pemahaman agama dan berusaha menjadikan aqidah kita serupa dan sama dengan aqidah Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para sahabatnya.
b. Meyakini dengan sempurna bahwa Allah ‘Azza wa Jalla mengetahui segala sesuatu dalam semua keadaan.
c. Meyakini dengan sempurna bahwa Allah ‘Azza wa Jalla akan menghisab semua amalan kita baik yang nampak ataupun yang tidak nampak.

2. Menyucikan jiwa, di antara caranya adalah:
a. Terus-menerus disiplin dan sinambung melaksanakan ketaatan baik yang bersifat wajib maupun sunnah.
b. Komitmen dengan jama’ah dan hidup bersamanya.
c. Mencari teman yang baik dan shalih.

3. Selalu mawas dan merasa diawasi Allah dalam segala kondisi dan keadaan.
4. Urgensi kisah dalam memantapkan makna kehidupan dalam jiwa dan mengokohkannya.
5. Harus menjaga kebaikan-kebaikan dan berusaha menjauhi larangan Allah ‘Azza wa Jalla.
6. Bahaya melanggar larangan Allah walaupun tidak ada yang melihatnya.

Wallahu a’lam

(Ustadz Kholid Syamhudi, Lc)

Disalin dari Majalah Elfata edisi 11 volume 10 Tahun 2010 dengan sedikit perubahan.
BACA SELENGKAPNYA

Senin, 13 Februari 2017

Adab Dalam Berkomunikasi di Media Sosial


ADAB DALAM BERKOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Pertanyaan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bagaimana kita menyikapi media sosial yang semakin mudah memberikan kabar ke teman atau saudara? Sehingga memungkinkan kita untuk berkomunikasi kepada lawan jenis. Padahal kita berkomunikasi hanya bermaksud memberi kabar kost teman-teman lama.
جَزَاك اللهُ خَيْرًا
(Dari Umi Ma'rifah di Taiwan Anggota Grup WA Bimbingan Islam T06 G58)

Jawab:

Medsos adalah sarana yang dapat digunakan untuk sesuatu yang mubah, dapat pula untuk sesuatu yang bernilai ibadah, maupun untuk maksiat.

Bila medsos digunakan untuk hal-hal yang tujuannya mubah, seperti komunikasi dengan bahasa yang sopan (tidak genit), maka hukumnya mubah. Hanya saja, penggunaan medsos tetap perlu dibatasi agar tidak berlebihan dalam yang mubah, sehingga bergeser kepada yang dilarang.

Intinya, perhatikan poin-poin berikut:

1. Siapa yang akan diajak berkomunikasi? (mahram atau bukan). Kalau mahram, maka tidak mengapa. Tapi kalau bukan, maka batasi dan seperlunya saja.

2. Gunakan bahasa yang jelas dan tidak genit. Karena tulisan hukumnya sama dengan ucapan. Kita dilarang berkomunikasi dengan selain mahram, kecuali dengan nada bicara yang tegas dan tidak genit (merangsang syahwat lawan jenis).

3. Jangan share berita tentang amal shalih kita, karena ini mengundang sifat riya’ (ingin pamer), dan ini bisa membatalkan pahala amal kita.

4. Jangan berlebihan dalam berkomunikasi via medsos, namun sebatas yang diperlukan saja.

5. Jangan share foto-foto pribadi agar tidak disalahgunakan.

6. Jangan share foto orang lain, kecuali dengan seizinnya dan demi kemaslahatan syar’i (Contoh: men-share foto saudara kita yang jadi korban suatu musibah, atau yang sedang terbaring di Rumah Sakit, dan semisalnya).

Karena setiap muslim punya harga diri dan kehormatan yang tidak boleh dilanggar, dan tidak setiap orang ridha foto dirinya dalam kondisi tertentu disebarluaskan, karena ini bisa masuk ke dalam ghibah (menceritakan hal-hal yang tidak disukai saudara kita terkait dirinya tanpa sepengetahuan dia).

7. Jangan share foto makhluk bernyawa (hewan dan manusia) kecuali demi kemaslahatan syar’i yang mu’tabar.

8. Jangan asal sebarkan berita kecuali yang telah diklarifikasi kebenarannya dan bermanfaat untuk diketahui orang lain. Tidak semua berita yang tersebar itu benar, dan tidak semua berita yang benar itu pantas disebar. Kalaupun ia pantas disebar, maka tidak semua orang akan mendapat manfaat dari berita itu.

Bahkan boleh jadi bagi sebagian kalangan, sesuatu yang bermanfaat bagi kita akan menimbulkan madharat bagi orang lain karena disalah fahami. Jadi, pilih-pilihlah yang seksama dalam men-sharing sesuatu.

Demikian, wallaahu a’lam.

Konsultasi Bimbingan Islam
Dijawab oleh Ustadz Dr. Sufyan Baswedan Lc MA

Sabtu, 14 Jumadal Ūla 1438 H / 11 Februari 2017 M

Sumber: http://www.bimbinganislam.com/konsultasi/25-adab-akhlak/725-adab-dalam-berkomunikasi-di-media-sosial

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Click
🌍 BimbinganIslam.com

Like & Share
👥 Facebook Page :
Fb.com/Info.BimbinganIslam
Fb.com/TausiyahBimbinganIslam
Fb.com/BimbinganMuamalahMaaliyah

Join Us
📣 Telegram Channel :
Telegram.me/TJBiAS
Telegram.me/TausiyahBimbinganIslam
Telegram.me/BimbinganMuamalahMaaliyah
__________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------⁠⁠⁠⁠
BACA SELENGKAPNYA

Jumat, 10 Februari 2017

Larangan Mencela Orang yang Telah Meninggal Dunia


LARANGAN MENCELA ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwān dan Akhawāt BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita masuk pada hadīts yang ke-23, dari 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā, beliau berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَا تَسُبُّوا الأَمْوَاتِ فَإِنَّهُم قَدْ أَفْضَوا إلَى مَا قَدَّمُوْا
"Janganlah kalian mencaci mayat-mayat, sesungguhnya mereka telah sampai kepada hasil dari amalan yang mereka lakukan di dunia."

(Hadīts riwayat Imām Al Bukhāri nomor 6035, versi Fathul Bari nomor 6516)

Ikhwān dan Akhawāt yang dirahmatin oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menjadikan kehormatan seorang muslim termasuk dari perkara yang besar diantara kehormatan-kehormatan yang terbesar.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjaga kehormatan seorang muslim atau muslimah.

Oleh karenanya dalam satu hadīts, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala melihat Ka'bah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:
مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَالْمُؤْمِنُ أَعْظَمُ حُرْمَةً عِنْدَ اللَّهِ مِنْكِ،
"Betapa agung engkau wahai Ka'bah, dan betapa agung kehormatanmu, dan orang mu'min memiliki kehormatan yang lebih besar disisi Allāh daripada kehormatanmu, wahai Ka'bah."

(Hadīts Riwayat At Tirmidzi no 2032, dihasankan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh dalam shahīh sunan At Tirmidzi 2/391, Maktabah Al-Ma'ārif cet 1/1420H)

⇒ Kita tahu bahwasanya Ka'bah diagungkan, ternyata seorang mu'min kehormatannya lebih agung disisi Allāh dari pada kehormatan Ka'bah.

Dan ternyata Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kehormatan seorang muslim dan muslimah bukan hanya tatkala dia masih hidup, bahkan kehormatannya berlaku dan terus diakui oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla meskipun dia sudah meninggal dunia.

Oleh karenanya kehormatannya bukan hanya dijaga tatkala dia masih hidup, bahkan tatkala dia sudah meninggal dunia lebih ditekankan untuk dijaga lagi kehormatannya.

Oleh karenanya Al Imām Al Bukhāri, meriwayatkan dari Ibnu 'Abbās radhiyallāhu Ta'āla 'anhuma dimana Ibnu 'Abbās menghadiri penyelenggaraan jenazah Maemunah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā (istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam) di suatu tempat namanya Saraf maka Ibnu 'Abbās berkata kepada orang-orang yang akan mengusung jenazah Maemunah:
هذه زوجة النبي صلى الله عليه وسلم فإذا رفعتم نعشها فلا تزعزعوها ولا تزلزلوها وارفقوا
"Ini adalah istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka jika kalian mengangkat kerandanya, maka janganlah kalian mengerak-gerakannya, dan janganlah kalian mengoncang-goncangkannya tetapi angkatlah dengan lembut."

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri no 5067, Muslim no 1465, An Nasāi' no 3196)

Ibnu Hajar rahimahullāh dalam Fathul Bāri' berkata:
يستفاد منه أن حرمة المؤمن بعد الموت باقية، كما كانت في حياته
Sesungguhnya diambil faedah dari hadīts inii, bahwasanya, "Kehormatan seorang mu'min setelah dia meninggal tetap berlaku sebagaimana tatkala dia masih hidup."

Dan juga ada hadīts lain:
إِنَّ كَسْرَ عِظَمِ الْمُؤْمِنِ مَيِّتًا مِثْلَ كَسْرِهِ حَيًّا
"Dan mematahkan (menghancurkan) tulang seorang mu'min tatkala dia sudah meninggal dunia sama dengan tatkala dia masih hidup."

(Hadīts Shahīh Riwayat Abū Dāwūd no 3191, Ibnu Ibnu Mājah I/516 no 1616)

⇒ Ini penjelasan Ibnu Hajar rahimahullāh Ta'āla.

Ini dalīl bahwasanya kehormatan seorang mu'min masih berlaku bahkan tatkala dia sudah meninggal dunia.

Oleh karena itu Ibnu 'Abbās mewasiatkan agar istri Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diangkat dengan pelan-pelan, tidak boleh digoncang-goncangkan (digerak-gerakan), karena beliau (Maemunah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā) tetap terhormat meskipun sudah meninggal dunia.

Kemudian, sebagaimana kita ketahui bahwasanya dalīl-dalīl dalam syari'at yang mengharāmkan mencela seorang muslim secara mutlak, tidak ada perbedaan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal dunia.

Contohnya seperti Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ
"Mencela seorang muslim adalah kefāsikan."

(Hadīts riwayat Muslim no 64 dan Bukhāri no 48,6044,7076 dari hadīts Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu Ta'āla 'anhu)

Syari'at tidak mengatakan, "Kecuali kalau sudah meninggal dunia."

Ini menunjukan bahwasanya syari'at memperhatikan hak seorang muslim tidak membedakan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal dunia.

Tatkala dia sudah meninggal dunia penekanan untuk mengharāmkan pencelaan terhadap seorang muslim lebih ditekankan lagi, karena ada hadīts khusus yang menjelaskan larangan secara khusus bagi mencela seorang muslim yang sedang meninggal dunia, sebagaimana hadīts yang sedang kita jelaskan.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:
لَا تَسُبُّوا الأََموَاتِ فَإِنَّهُم قَد أَفضَوا إِلَى مَا قَدَّموا
"Janganlah kalian mencela mayat-mayat yang sudah meninggal dunia, karena sesungguhnya mereka telah sampai kepada hasil amalan yang mereka lakukan tatkala didunia."

(Hadīts shahīh Riwayat Bukhāri nomor 1393)

Dan hadīts ini diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dan beliau membuat hadīts ini dengan bab Mā yunha min sabil amāt tentang, "Apa yang dilarang dalam mencela mayat-mayat".

Ikhwān dan Akhawāt BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Hadīts ini menunjukan bahwasanya mencela orang yang sudah meninggal dunia lebih parah hukumnya dari pada mencela orang yang masih hidup.

Karenanya sebagian ulamā menyatakan, kalau orang masih hidup kita cela kemudian sampai celaan kepada orang tersebut, maka orang tersebut, bila ternyata memang orang tersebut bersalah, bisa menperbaiki dirinya.

Karena ada masukan meskipun masukan tersebut datang dalam bentuk celaan maka dia bisa merubah dirinya.

Adapun mayat kalau kita mencela dia, apa faedahnya?

Karena dia sudah meninggal dunia tidak bisa memperbaiki dirinya lagi kalau pun dia bersalah. Karena dia (orang yang meninggal) sudah sampai pada hasilnya (sudah selesai) sudah tidak bisa lagi beramal lagi di dunia.

Kemudian kalau celaan tersebut tidak benar dan sampai kepada orang yang masih hidup maka orang yang masih hidup masih bisa membela diri, jika celaan tersebut tidak benar. Adapun bila orang "sudah" meninggal dunia maka dia tidak bisa membela dirinya.

Oleh karenanya mencela orang yang sudah meninggal hukumnya lebih parah dari pada mencela orang yang masih hidup.

Kita akan lanjutkan pembahasan ini pada pertemuan berikutnya, In syā Allāhu Ta'āla.

Artikel BimbinganIslam.com

Jum'at, 13 Jumadal Ūla 1438 H / 10 Februari 2017 M
Dr. Firanda Andirja, MA

Kitābul Jāmi' - Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
Hadits 23 - Larangan Mencela Orang Yang Telah Meninggal Dunia (Bagian 1 dari 2)

Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H23-1
_________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
-----------------------------------------⁠⁠⁠⁠
BACA SELENGKAPNYA

Larangan Mencela, Melaknat, dan Berkata Kasar Serta Kotor


LARANGAN MENCELA, MELAKNAT DAN BERKATA KASAR SERTA KOTOR

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Ikhwān dan Akhawāt BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita masuk pada hadīts yang ke-22 dari hadīts dari Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu 'anhu secara marfu', Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَعَّانِ، وَلَا اللَعَّانِ، وَلَا الفَاحِشِ، وَلَا البَذِءِ
"Bukanlah seorang mu'min, orang yang suka mencela, orang yang suka melaknat dan orang yang suka berkata-kata kasar dan juga berkata-kata kotor."

‌(Hadīts ini kata Al Hafizh Ibnu Hajar dihasankan oleh Imām Tirmidzi dan di shahīhkan oleh Al Hakim dan Imām Ad Daruquthi merajīhkan hadīts ini, hadīts yang mauquf)

Hadīts ini diperselisihkan oleh para ulamā. Sebagian ulamā menyatakan hadīts ini marfu' (yaitu) diriwayatkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan sebagian ulamā mengatakan riwayatnya adalah mauquf (artinya) diriwayatkan dari shahābat (yaitu) merupakan perkataan Ibnu Mas'ūd dan bukan perkataan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

⇒ Hadīts ini, apakah dia mauquf atau marfu', namun maknanya benar.

Bahwasanya seorang mu'min tidak boleh membiasakan dirinya untuk طَعَّان (mencela orang lain) tetapi hendaknya dia membiasakan dirinya untuk mengucapkan kata-kata yang baik.

Bukankah Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah berfirman:
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
"Dan ucapkanlah kepada manusia dengan perkataan yang baik."

(QS Al Baqarah: 83)

Adapun seseorang yang membiasakan dirinya untuk:

√ Melaknat orang lain,
√ Mencela,
√ Mencari-cari aib orang lain,
√ Menjatuhkan orang lain,
√ Berkata-kata kotor,
√ Berkata-kata kasar.

⇒ Maka ini menunjukan dia bukan mu'min yang sejati, dia tidak sempurna imānnya.

Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Laisalmu'min" (bukanlah mu'min yang sempurna), ini menunjukan imānnya rendah.

Karena imānnya tidak bisa mencegah dia untuk berkata-kata kotor (berkata-kata kasar), berarti imānnya dipermasalahkan.

Oleh karenanya, shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Seorang berusaha membiasakan dirinya untuk berkata-kata yang baik karena lisan ini berbahaya.

Bukankah dalam hadīts yang mashyur dari Mu'ādz bin Jabbal radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada Mu'ādz bin Jabbal:
كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا
"Tahanlah lisānmu."

Sehingga Mu'ādz bin Jabbal bertanya:
يَا رسولَ الله وإنَّا لَمُؤاخَذُونَ بما نَتَكَلَّمُ بِهِ؟
"Yā Rasūlullāh, apakah kita akan disiksa oleh Allāh, karena ucapan kita?"

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:
وَهَلْ يَكُبُّ الناسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟
"Wahai Mu'ādz, bukankah yang menjerumuskan manusia dalam neraka jahannam, menjerumuskan mereka diatas wajah-wajah mereka kecuali akibat dari perbuatan lisān-lisān mereka?"

(Hadīts riwayat Tirmidzi)

⇒ Lisān ini berbahaya maka jangan dibiasakan lisānnya berkata-kata kotor.

Seorang yang bijak pernah berkata:
عود لسانك قول الخير تحظبه، ان السنا لما عودت لا يعتد
"Biasakanlah lisānmu untuk mengucapkan kata-kata yang baik, maka engkau akan meraih hal tersebut (artinya engkau akan terbiasa mengucapkan kata-kata yang baik), karena lisān itu tergantung apa yang engkau biasakan."

Kalau seorang terbiasa (membiasakan) berkata-kata baik, ini bisa dilatih, maka dia akan terbiasa mengucapkan kata-kata yang baik. kalau seseorang biasa menahan dirinya untuk tidak mencela orang lain maka lisānnya akan terbiasa.

Tapi kalau dia biarkan lisānnya, terbiasa untuk mencela, terbiasa merendahkan, terbiasa berkata kotor maka lisānnya akan terbawa kepada hal tersebut.

Sebagian penyair pernah berkata:
احفَظْ لِسانَكَ أَيُّهَا الإِنْسانُ لا يَلْدَغَنَّكَ إِنَّهُ ثُعْبانُ
"Jagalah lisānmu wahai manusia jangan sampai engkau tersengat oleh lisānmu karena lisānmu adalah ular."
كَمْ في المقابِرِ مِنْ قَتيلِ لِسانِهِ كانَتْ تَهابُ لِقَاءَهُ الشُّجعانُ
"Betapa banyak orang dikuburan menjadi korban dari lisānnya padahal sewaktu dia masih hidup dahulu dia ditakuti oleh orang-orang pemberani."

⇒ Artinya, ada orang hebat di dunia, ditakuti oleh orang, ternyata waktu dikuburan dia menjadi korban lisānnya.

Kenapa?

Karena disiksa oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena dia menjadi korban lisānnya sendiri, (dahulu didunia dia suka mencela, suka memaki, suka melaknat).

Oleh karenanya seorang harus berusaha untuk menjaga lisānnya jangan sampai dia menjadi seorang yang suka melaknat dan mencela dan merendahkan orang lain, berkata-kata kotor.

Ini semua dibenci oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Wallāhu Ta'āla A'lam bish Shawwab

Artikel BimbinganIslam.com

Kamis, 12 Jumadal Ūla 1438 H / 09 Februari 2017 M
Dr. Firanda Andirja, MA

Kitābul Jāmi' - Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
Hadits 22 - Larangan Mencela, Melaknat Dan Berkata Kasar Serta Kotor

Download audio
_________

◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
-----------------------------------------⁠⁠⁠⁠
BACA SELENGKAPNYA

Rabu, 08 Februari 2017

Salatuk - Aplikasi Pengingat Waktu Shalat


Salah satu rukun islam adalah mendirikan shalat 5 waktu. Artinya shalat merupakan salah satu perintah yang apabila tidak dilaksanakan maka bisa merusak keislaman seseorang, bahkan bisa mengeluarkan seseorang dari islam jika sengaja meninggalkannya karena meyakini bahwa shalat 5 waktu itu tidak wajib.
Selain itu, shalat juga merupakan tiang agama. Bisa dibayangkan apabila rumah atau bangunan tidak memiliki tiang, maka bangunan tersebut tidak akan bisa tegak, atau tiangnya rapuh maka niscaya bangunan tersebut akan roboh.
Maka dari itu, shalat memiliki kedudukan yang sangat istimewa bagi seorang mukmin. Sehingga wajib bagi kita untuk memperhatikan segala hal yang berkaitan dengan shalat. Salah satu di antaranya adalah tentang waktu shalat.
Setiap shalat memiliki waktunya dan rentangnya masing-masing, yang apabila shalat tersebut dikerjakan di luar waktunya atau di luar dari ketentuan lain yang berkaitan dengannya, maka shalat seseorang tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di antara rentang waktu tersebut, shalat yang dikerjakan di awal waktu adalah yang paling utama.
Oleh karena itu, penulis ingin berbagi informasi tentang sebuah aplikasi pengingat waktu shalat yang bernama “Salatuk”.
Aplikasi ini alhamdulillah bisa dijalankan di smartphone android dan iOS. Apa saja fiturnya?

1. Tampilan
Untuk tampilan, menurut kami cukup user friendly, simple, elegant, useful dan ringan. Berikut ini beberapa tampilannya







2. Pengaturan Lokasi
Pertama kali saat kita membuka Salatuk, aplikasi ini langsung mencari dan mendeteksi di mana lokasi kita. Pengaturan lokasi pada aplikasi Salatuk ada dua cara, bisa dengan otomatis dan manual. Pengaturan otomatis mewajibkan kita untuk mengaktifkan GPS terlebih dahulu. Sedangkan pengaturan manual cukup dengan mengetikkan nama kota. Kami sarankan menggunakan pengaturan lokasi secara otomatis karena lebih akurat.


3. Widget
Widget ini sangat bermanfaat ketika kita ingin mengakses dan mengetahui jadwal shalat tanpa harus membuka aplikasi terlebih dahulu. Salatuk menawarkan tiga macam tampilan widget. Berikut ini tampilan widgetnya.




4. Jadwal Shalat
Jadwal shalat pada aplikasi ini terdiri dari waktu subuh, syuruq, zuhur, asar, magrib, dan isya dengan ditampilkan jamnya dan sisa waktu ke jadwal berikutnya.


5. Masjid Terdekat
Fitur lainnya adalah adanya pencarian masjid terdekat dengan radius yang bisa kita tentukan sendiri, yaitu mulai dari 1 km sampai 10 km.


6. Arah kiblat
Tidak lengkap rasanya jika aplikasi pengingat waktu shalat tanpa petunjuk arah kiblat. Maka Salatuk melengkapi fiturnya dengan petunjuk arah kiblat.


7. Alarm Adzan
Seperti kebanyakan aplikasi serupa, Salatuk juga menawarkan fitur alarm adzan dengan tampilan yang simple dan praktis. Pengguna bisa dengan mudah mengatur alarm adzan shalat, yaitu bersuara, getar, dan diam. Selain itu kita juga bisa memilih suara adzan untuk masing-masing shalat baik suara yang disediakan oleh aplikasi maupun suara yang ada tersimpan di memori smartphone kita.
Kelebihan lain dari aplikasi ini adalah pengguna bisa mengatur profil suara hapenya setelah adzan berkumandang, bisa diatur berapa menit hape akan berada pada modus diam atau getar setelah alarm adzan. Jadi tidak perlu khawatir hape berdering saat kita shalat, karena Salatuk sudah men-silent-kannya secara otomatis sampai batas waktu yang kita tentukan.

8. Pengingat Shalat
Fitur ini adalah fitur favorit penulis. Fitur ini sangat berguna bagi kita-kita yang sibuk dengan rutinitas pekerjaan. Dengan fitur ini kita bisa menampilkan catatan pengingat bahwa sebentar lagi akan masuk waktu shalat, misalnya kita setting 10 menit sebelum alarm adzan, pengingat akan muncul, sehingga kita bisa bersiap-siap untuk menuju shalat. Pengingatnya bisa kita tuliskan sendiri dengan kata-kata kita.

Gimana? Keren kan aplikasinya? Bagi pembaca yang ingin mengistallnya cari aja di Google Play atau di App Store.
Demikian yang dapat kami paparkan. Mungkin masih ada lagi fitur-fitur lain yang belum kami paparkan karena keterbatasan penulis.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua dan penulis mengharapkan tulisan ini sebagai salah satu ladang pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu A’lam.
BACA SELENGKAPNYA

Selasa, 07 Februari 2017

Khutbah Jum'at : Kemenangan Yang Hakiki


🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 06 Jumadal Ūla 1438 H / 03 Februari 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📔 Khutbah Jum'at | Kemenangan Yang Hakiki
⬇ Download audio bagian 1: bit.ly/BiAS-FA-KhutbahJumat-KemenanganYangHakiki-01
⬇ Download audio bagian 2: bit.ly/BiAS-FA-KhutbahJumat-KemenanganYangHakiki-02
🌐 Sumber: https://youtu.be/tMCHV9D4KGg
-----------------------------------

KEMENANGAN YANG HAKIKI

KHUTBAH BAGIAN PERTAMA

الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه


أوصيكم و نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون.
"Aku wasiat kepada diriku dan kepada Anda sekalian untuk bertaqwa kepada Allāh sesungguhnya telah beruntung orang orang yang bertaqwa."

Pada hari ini banyak orang berbicara tentang kemenangan, akan tetapi pembicaraan mereka kebanyakan adalah tentang kemenangan duniawi.

√ Ada yang bangga karena menang dalam lomba tertentu.
√ Ada yang bangga karena menang dalam tender.
√ Bahkan ada sebagian orang yang senang dan bangga karena menang dalam hal-hal yang diharāmkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, seperti menang dalam perjudian.

Kebanyakan mereka lupa bahwasanya kemenangan yang sesungguhnya, yang hakiki, adalah:

√ Kemenangan dengan meraih kenikmatan yang abadi.
√ Kenikmatan yang sempurna dan selama-lamanya yaitu meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
√ Dan terhindar dari hal yang sangat menakutkan yaitu adzab yang abadi. Adzab yang sangat mengerikan, yang sangat dahsyat, yaitu adzab neraka Jahannam.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah mengisyaratkan kemenangan hakiki ini dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian dan sesungguhnya amalan kalian akan disempurnakan pada hari kiamat kelak. Barangsiapa yang diselamatkan dari neraka Jahannam dan dimasukkan dalam surga, maka dia telah menang, itulah kemenangan yang hakiki. Dan tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.

(QS 'Ali 'Imrān: 185)

Kemenangan yang hakiki tatkala seseorang bisa masuk surga, tatkala mendapatkan kenikmatan yang selama-lamanya, barangsiapa yang masuk surga, maka dia akan senang terus, dia akan muda terus dan dia tidak akan tua selama-lamanya, dia akan sehat dan dia tidak akan sakit selama lamanya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan dalam hadītsnya:
يُنَادِي مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلاَ تَبْتَئِسُوا أَبَدًا
Tatkala di surga kelak maka ada yang menyeru kepada para penghuni surga:
"Sesungguhnya kalian di surga akan senantiasa sehat dan tidak akan sakit selama-lamanya. Dan kalian akan senantiasa hidup dan tidak akan mati selama lamanya. Dan sesungguhnya kalian dalam surga akan senantiasa muda dan tidak akan tua selama-lamanya. Dan sesungguhnya kalian akan senang selama-lamanya dan tidak akan susah selama-lamanya."

(Hadīts Riwayat Muslim nomor 2837)

Dan ini sesuai dengan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
 ادْخُلُوا الْجَنَّةَ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمْ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ
"Masuklah kalian ke dalam surga, tidak ada lagi rasa kekhawatiran dan tidak ada lagi rasa kesedihan bagi kalian."

(QS Al A'rāf: 49)

Adapun kenikmatan dunia, betapa pun seorang diberi kenikmatan, hebatnya kenikmatan dunia dia pasti terkontaminasi dengan kesedihan dan kekhawatiran, siapapun dia.

√ Apakah dia orang terkaya di dunia.
√ Apakah dia seorang pejabat.
√ Apakah dia seorang jendral, panglima.

Dia juga pasti takut dia juga pasti khawatir.

√ Apakah dia seorang raja, raja dunia.
√ Apakah dia seorang presiden?

Dia pasti pernah sakit. Dia pasti pernah diselimuti dengan kesedihan. Dia pasti pernah diselimuti dengan kekhawatiran.

Yang kaya khawatir hartanya hilang, khawatir usahanya jatuh, khawatir ditipu. Sementara pejabat, khawatir jabatannya direbut oleh orang lain.

Demikianlah yang namanya kenikmatan dunia tidak ada yang sempurna. Bagaimanapun seorang hebat di dunia ini, dia pasti terkontaminasi dengan kesedihan dan kekhawatiran.

Adapun di surga, kenikmatan sempurna tidak ada sedikitpun kesedihan dan tidak ada sedikitpun kekhawatiran.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berkata kepada nabi Ādam 'alayhissalām:
إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى * وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَاتَضْحَى
"Wahai Ādam, engkau di surga engkau sama sekali tidak akan lapar dan engkau tidak akan telanjang dan engkau tidak akan haus dan engkau tidak akan kepanasan."

(QS Thāhā: 118-119)

Kenapa?

Karena di surga adalah tempat kenikmatan yang abadi.

Kemudian kemenangan yang hakiki adalah tatkala seseorang terselamatkan dari adzab yang sangat pedih adzab neraka Jahannam. Panas neraka Jahannam 70 kali lipat dari panas dunia.

Bagaimana tidak panas? Sementara bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
"Takutlah kalian kepada neraka yang bahan bakarnya adalah dari manusia dan batu."

(QS Al Baqarah: 24)

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ 
"Wahai orang-orang berimān, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka Jahannam, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu."

(QS At Tahrim: 6)

Dan neraka Jahannam, tatkala membakar bukan hanya membakar bagian luar terlebih dahulu, baru kemudian bagian dalam akan tetapi sekaligus membakar luar dan dalam.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
نَارُ ٱللَّهِ ٱلۡمُوقَدَةُ ٦ ٱلَّتِى تَطَّلِعُ عَلَى ٱلۡأَفۡـِٔدَةِ ٧
"Neraka Allāh yang dinyalakan (yang dipanaskan), yang membakar masuk ke dalam hati hati manusia."

(QS Al Humazah: 6-7)

Mereka dibakar, jantung mereka dibakar sementara mereka dalam kondisi hidup dan tidak mati.
لَا يَمُوتُ فِيہَا وَلَا يَحۡيَىٰ
"Mereka tidak hidup dan tidak mati."

(QS Thāhā: 74)

Dalam kondisi seperti mati akan tetapi tidak mati, hidup dibakar hidup-hidup oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya para penghuni neraka Jahannam mereka amat sangat tersiksa, sehingga mereka amat kehausan dan amat kelaparan.

Diantara hal yang membuat mereka tersiksa lagi yaitu mereka melihat kenikmatan yang dirasakan para penghuni surga.

Allāh membiarkan mereka para penghuni neraka Jahannam melihat sebagian kenikmatan penghuni surga sehingga penghuni neraka menyeru meminta makanan dan minuman kepada penghuni surga.
وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ 
Maka penghuni neraka menyeru kepada penghuni surga: "Berikanlah kepada kami sebagian air minum kalian dan sebagian makanan kalian."
 قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
Maka penghuni surga menjawab: "Sesungguhnya makanan dan minuman ini harām bagi orang-orang yang kāfir."

(QS Al A'rāf: 50)

Mereka minta makan dan minum kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena mereka sangat kelaparan dan mereka sangat kehausan, telah lama mereka dijemur dibawah terik matahari tatkala dipadang Mahsyar ribuan tahun dengan jarak matahari satu mil sehingga mereka kelaparan dan kehausan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada mereka makanan, namun makanan yang sangat menyiksa diantara makanan mereka adalah dhari'.
لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٍ 
"Tidak ada makanan bagi mereka kecuali dhari'."

(QS Al Ghāsyiyah: 6)

Dhari' adalah makanan buah yang berduri yang tatkala mereka makan buah tersebut nyangkut di kerongkongan mereka.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَعَذَابًا أَلِيمًا 
"Makanan yang nyangkut di kerongkongan."

(QS Muzzammil: 13)

Makanan ini tidak bisa masuk, jadi sangat menyakitkan. Apalagi berduri kemudian merobek kerongkongan. Ini adalah hal yang sangat menyakitkan.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
-----------------------------------------



KHUTBAH BAGIAN KEDUA

الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوان

Para penghuni neraka Jahannam mereka sangat tersiksa, sehingga mereka kehausan dan kelaparan, diantara makanan yang mereka makan adalah buah zaqqūm
لآكِلُونَ مِنْ شَجَرٍ مِنْ زَقُّومٍ
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

"Mereka akan makan dari buah zaqqūm buah yang sangat bau yang sangat menjijikkan."

(QS Wāqi'ah: 52)

Kata Nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam:
 لَوْ أَنَّ قَطْرَةًمِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي دَارِ الدُّنْيَا لَأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَامَعَايِشَهُمْ 
"Seandainya ada satu tetes dari getahnya zaqqūm jatuh di atas muka bumi ini maka akan merusak kehidupan penduduk bumi seluruhnya."

(Hadits riwayat Tirmidzi nomor 2585)

Ibarat seorang yang hidup dengan fasilitas yang mewah (dirumahnya) semuanya ada akan tetapi dalam rumahnya ada bangkai yang busuk maka ini tidak akan bisa hidup dengan tentram.

Kenapa? Karena baunya bangkai tersebut.

Ini satu tetes zaqqūm kalau jatuh di atas muka bumi akan menimbulkan bau yang sangat busuk dan menjadikan orang-orang penghuni bumi tidak bisa hidup dengan tentram.

Bagaimana jika buah tersebut kemudian menjadi makanan seseorang? (yaitu) makanan penghuni neraka Jahannam.
فَمَالِـُٔونَ مِنۡہَا ٱلۡبُطُونَ
Maka akhirnya, karena laparnya mereka, mereka tahu buah itu tidak enak, buah yang sangat busuk, namun mereka harus makan sehingga mereka memenuhi perut mereka dengan buah-buah tersebut.

Setelah mereka makan merekapun kehausan mereka minta minum kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh beri minuman kepada mereka, Allāh beri nanah kepada mereka dan Allāh beri kepada mereka air yang sangat panas.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
 وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ
"Maka mereka pun diberi air yang sangat panas dan air panas tersebut mencabik-cabik usus mereka."

(QS Muhammad: 15)

Sungguh mengerikan dan mengenaskan nasib para penghuni neraka Jahannam.

Mereka dibakar hidup-hidup dan mereka tidak mati, maka mereka pun mohon agar segera dimatikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ ۖ
Mereka berkata:

"Wahai malāikat Mālik, mintalah kepada Allāh agar mematikan kami."

Namun tidak ada jawaban.

Kata Mālik:
إِنَّكُم مَّاكِثُونَ
"Kalian akan tetap selama-lamanya dalam neraka Jahannam"

(QS Az Zukhruf: 77)

Siksaan yang sangat pedih yang mereka rasakan sampai-sampai kehilangan akal sehat mereka.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ ١١ وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ ١٢ وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ ١٣ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنجِيهِ ١٤ كَلَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ ١٥
"Tatkala itu penghuni neraka Jahannam, berangan-angan seandainya adzabnya bisa ditebus dengan anak-anaknya, istrinya, saudara kandungnya, kabilahnya yang selama ini membelanya, dan seluruh manusia di atas muka bumi, kemudian mengharapkan tebusan itu dapat menyelamatkannya. (Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla), sekali-kali tidak."

(QS Al Ma'ārij: 11-15)

(Kita tahu di dunia ini seorang bahkan rela mati untuk membela anak-anaknya namun tatkala di neraka Jahannam, penghuni neraka Jahannam ingin anak-anaknya masuk neraka yang penting dia selamat).
 وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ
Bahkan dia ingin istrinya masuk neraka, saudara kandungnya masuk neraka yang penting dia selamat.
وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ
Bahkan kabilahnya yang selama ini membelanya yang mengayominya, dia ingin mereka semua masuk neraka yang penting dia selamat dia ingin menjadikan mereka sebagai tumbal.
وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنجِيهِ
Bahkan dia ingin seluruh manusia di atas muka bumi tidak mengapa masuk neraka yang penting dia selamat.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla :
كَلَّا ۖ إِنَّهَا لَظَىٰ
Sekali-kali tidak, akan tetapi yang didapatkan neraka yang menyala-nyala.

Karena mereka tahu putus asa (penghuni neraka Jahannam) putus asa karena mereka tahu bahwasanya mereka tidak akan mati, maka mereka minta kepada Allāh agar dikurangi adzabnya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ فِي النَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادْعُوا رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْمًا مِّنَ الْعَذَابِ 
Berkata para penghuni neraka Jahannam kepada para penjaga neraka Jahannam:

"Berdo'alah kepada Rabb kalian, mintalah kepada Rabb kalian agar mengurangi adzab kami, meskipun hanya sehari saja."

(QS Ghāfir: 49)

Jawabannya:

Tidak ada pengurangan.

Bahkan jawabannya sangat menakjubkan, mereka mengagetkan mereka, bukannya Allāh mengurangi adzab mereka bahkan Allāh tambah.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
فَذُوقُواْ فَلَن نَّزِيدَكُمۡ إِلَّا عَذَابًا
"Rasakanlah dan kami tidak akan tambahkan kepada kalian kecuali adzab yang pedih."

(QS An Nabā': 30)

Tatkala itu yang mereka lakukan hanyalah teriakan, yang bisa mereka lakukan hanyalah teriakan dan penyesalan
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا
"Mereka berteriak dalam neraka Jahannam teriakan kesakitan."
 رَبَّنَا أَخْرِجْنَا
"Yā Allāh, keluarkanlah kami."
نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَل
"Kami akan mengerjakan amal shālih, kami menyesal atas perbuatan kami."

(QS Fāthir: 37)

⇒ Namun penyesalan yang tiada guna.

Oleh karenanya kemenangan yang hakiki adalah seorang meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan selamat dari adzab neraka Jahannam.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ 
"Sesungguhnya orang-orang yang berimān dan beramal shālih maka bagi mereka Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai itulah kemenangan yang besar."

(QS Burūj: 11)

Kalau kemenangan yang hakiki adalah meraih Surga Allāh, terselamatkan dari neraka Jahannam, maka kegagalan yang hakiki adalah seorang terjerumus dalam neraka Jahannam.

Percuma seorang di dunia meraih kekayaan, membangun istana, memiliki jabatan, seorang panglima yang ditakuti, tetapi tatkala diakhirat kemudian dia masuk neraka Jahannam.
 قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
"Katakanlah bahwasanya orang-orang yang merugi yaitu orang orang yang merugikan diri mereka dan keluarga mereka pada hari kiamat kelak (yaitu mereka masuk dalam neraka Jahannam), ketahuilah bahwasanya itu adalah kerugian yang sangat jelas."

(QS Az Zummar: 15)

Itulah kegagalan yang sesungguhnya, kegagalan yang hakiki.

Maka seorang di dunia berusaha untuk beramal shālih.

Sekarang kita masih hidup masih bisa beramal shālih, sebagaiman kata Ali bin abi Thālib Radhiyallāhu Ta'āla 'anhu:
الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلاَ حِسَاب َوَغَداً حِسَابٌ وَلاَ عَمَلَ
"Sekarang adanya amalan dan tidak ada hisab, nanti diakhirat kelak yang ada hisab sudah tidak bisa beramal lagi"

Kita lihat saudara-saudara kita yang berada dibawah papan-papan kuburan, mereka dahulu bermacam-macam status mereka, ada Pejabat, ada Bupati, ada Pegawai, ada orang miskin, ada orang kaya, ada panglima, sekarang mereka sudah tidak bisa beramal sudah tidak ada yang bisa mereka lakukan.

Sekarang kita masih hidup kita masih bisa beramal kita masih bisa wujudkan cita-cita kita.

√ Kalau ingin menghafal Al-Qur'ān masih bisa.
√ Kalau ingin membangun masjid masih bisa.
√ Kalau ingin berbakti kepada orang tua masih bisa.
√ Kalau ingin bersedekah masih bisa.

Kita masih bisa bercita-cita dan masih kita bisa wujudkan, akan datang suatu hari dimana semua ini tidak bisa lagi kita lakukan.

Oleh karenanya berusahalah kita berbahagia di dunia dan diakhirat, berusaha kita meraih kesuksesan di dunia dan juga di akhirat.

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.

اللّهمّ صلّ على محمّد وآل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميد مجيد ، وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميد مجيد.

اللهم اغفرللمسلمين والمسلمات، والمومنين والمومنات، الأحياء منهم والأموات، إنك سميع قريب مجيب الدّعوات، فيا قاضي الحاجات.

اللهم آت نفسي تقواها وزكها أنت خيرمنزكاها أنت وليها ومولاها.

ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين.

ربنا تقبل منا صيامنا ، وقيامنا، وركوعنا وسجودنا ، رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَآ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
__________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

⑴ Pembangunan dan Pengembangan Rumah Tahfizh
⑵ Support Radio Dakwah dan Artivisi
⑶ Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jama'ah di Indonesia

📝 Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
-----------------------------------------
BACA SELENGKAPNYA

Membalas Celaan dengan yang Setimpal


🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 09 Jumadil Ūla 1438 H / 06 Februari 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 19 | Membalas Calaan Dengan Yang Setimpal
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H19
~~~

MEMBALAS CELAAN DENGAN YANG SETIMPAL

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwān dan Akhawāt shahābat BiAS yang di rahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita masuk dalam pembahasan hadīts yang ke-19.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالاَ فَعَلَى الْبَادِئِ مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُومُ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ
Dari Abū Hurairah berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Dua orang yang saling mencaci maki, maka apa yang diucapkan oleh keduanya dosanya kembali kepada yang memulai memaki, selama yang dimaki (dizhalimi) tidak melampaui batas."

(Hadīts ini riwayat Imām Muslim nomor 2587 dalam shahīhnya)

⇒Oleh karenanya ini adalah hadīts yang shahīh tanpa diragukan lagi.

Kita tahu dalam hadīts ini, الْمُسْتَبَّانِ (dua orang yang mencaci maki), mencaci maki adalah akhlak yang sangat buruk oleh karenanya nabi Shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِِتَالُهُ كُفْرٌ.
"Mencaci seorang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran."

(Hadīts Riwayat Bukhāri No. 48, Muslim No. 64)

Yang dimaksud dengan cacian adalah perkataan yang buruk atau keji, yang kita lemparkan kepada saudara kita sesama muslim.

Yang terkadang cacian (makian) tersebut bisa menjerumuskan kepada perbuatan yang lebih parah sampai-sampai terjadi perkelahian atau sampai pada pertumpahan darah. Ini semua awalnya dari caci maki diantara sesama muslim.

⇒Intinya bisa menimbulkan fitnah, paling tidak adalah melemparkan perkataan keji dan buruk kepada saudara kita sesama muslim.

Di sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan الْمُسْتَبَّانِ (dua orang yang saling mencaci maki).

⇒si A mencaci maki si B kemudian si B membalas mencaci maki si A, selama cacian keduanya berimbang, maka seluruh dosa-dosa yang diucapkan oleh keduanya ditanggung si A, karena si A yang pertama kali memulai, dengan syarat si B yang di zhalimi tidak melampaui batas.

Contohnya (misalnya) :

√ Si A mengatakan kepada si B, "Kamu gila (si B gila)." Lalu si B membalas, "Kamu juga gila."

√ Si A mengatakan, "Kamu adalah hewan." Kemudian si B membalasnya, "Kamu juga hewan."

⇒Selama si B tidak melampaui batas si A,  maka seluruh dosanya kembali kepada si A karena dia yang memulai pertama kali mencaci.

Kata nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
فَعَلَى الْبَادِئِ
"Maka seluruh dosanya ( مَا قَالاَ) , seluruh yang diucapkan oleh keduanya, dosanya kembali kepada yang memulai."

Bahkan misalnya si A mengatakan kepada si B, "Kedua orang tuamu kurang ajar." Dan si B membalasnya, "Kedua orang tuamu juga kurang ajar. Ini semua dosanya kembali kepada si A."

Namun jika si B yang dizhalimi melampaui batas, maka lain lagi ceritanya, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberi syarat seluruh dosanya:
فَعَلَى الْبَادِئِ مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُومُ
"Seluruh dosanya kembali kepada yang memulai (si A) selama si B yang didzalimi tidak melampaui batas."

· Kalau si B melampaui batas, contohnya:

√ Si A mengatakan kepada si B, "Kamu anjing." Kemudian si B juga mengatakan, "Kamu juga anjing," tetapi si B menambah misalnya jadi, "Kamu anjing rabies." Anjing rabies ini lebih daripada anjing.

√ Si A mengatakan, "Kamu kurang ajar." Lalu si B membalas, "Kamu juga kurang ajar, bapakmu juga kurang ajar," si B menambah tatkala itu.

Lalu bagaimana kondisi seperti ini?

⇒Ada khilaf diantara para ulamā tentang dosanya lari kemana?

Karena si A yang memulai, namun si B waktu membalas melampaui batas.

Wallāhu a'lam bishawab, sebagian ulamā berpendapat bahwasanya jika si B melampaui batas (melampaui apa yang diucapkan si A) maka kelebihan batasan tersebut dosanya di khususkan bagi si B. Allāh hanya izinkan membalas dengan setimpal.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِه
"Jika kalian membalas, maka balaslah setimpal dengan sebagaimana kalian dizhalimi."

(QS An Nahl: 126)

⇒ Boleh seandainya dia (Si A) bilang anjing maka si B juga bilang anjing atau si A memaki orang tua si B lalu si B membalas memaki dia (si A) ini tidak berdosa, seluruh dosanya kembali kepada yang memulai pertama.

Kapan?

Dengan syarat kita (yang dimaki)  tidak melampui batas.

Tatkala si B (yang dimaki) melampaui batas (misalnya):

√ Si A mencaci si B kemudian si B membalas mencaci si A dan mencaci kedua orang tua si A.
⇒ Maka kelebihan batasan ini, pendapat yang kuat dosanya kembali khusus kepada si B.

Adapun yang setara (sama) maka dosanya kembali kepada yang memulai pertama kali.

Ikhwān dan Akhawāt shahābat BiAS yang di rahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Intinya, seseorang berusaha meninggalkan hal ini dan Allāh membolehkan seseorang untuk membalas yang setimpal dan jangan sekali-kali memulai mencaci.

Kalau ada orang yang mulai duluan mencaci maka kita boleh membalas dengan setimpal dan ini diidzinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Namun meskipun demikian Allāh memberikan pilihan yang lebih baik, bila ada orang yang mencaci maki maka kita tidak perlu membalas.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
"Kalau kalian membalas, maka balaslah yang setimpal, akan tetapi bila kalian bersabar maka itu lebih baik bagi orang-orang yang bersabar."

(QS An Nahl: 126)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ الله لَكُمْ
"Maafkan dan ampuni lapangkan dada, apakah engkau tidak ingin diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla?"

(QS An Nūr: 22)

Allāh juga berfirman:
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ والله يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"Allāh memuji orang-orang yang memaafkan orang lain, dan Allāh mencintai orang-orang yang berbuat ihsan."

(QS Al 'Imrān: 134)

⇒Orang yang memaafkan orang lain adalah orang yang berbuat ihsan.

Intinya hendaknya seorang muslim itu:

⑴ Menjauhkan lisannya dari mencaci maki, pilih kata-kata yang baik.
⑵ Jadilah seorang muslim yang berakhlak mulia, menjauhkan diri dari kata-kata buruk.

Kalau dia bertemu dengan orang yang memiliki kata-kata yang buruk jangan dilayani, hendaknya menjauh dari orang seperti ini, karena pergaulan akan mempengaruhinya.

Jauhi orang-orang yang suka berkata-kata buruk.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjaga lisan-lisan kita.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghiasi lisan-lisan kita dengan kata-kata yang indah terhadap sesama muslim dan menjauhkan kita dari kata-kata yang buruk terhadap sesama muslim.


Wallāhu Ta'āla a'lam bishawab.
____

▪Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
------------------------------------------
BACA SELENGKAPNYA
Privacy Policy      Disclaimer      Sitemap      Contact Us      © 2017  Ekataba
Powered by Blogger