🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 09 Rabi'ul Akhir 1438 H / 07 Januari 2017 M
👤 Ustadz Ammi Nur Baits
📔 Materi Tematik | Melawan Budaya Kuliner
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-ANB-BudayaKuliner
🌐 Sumber: https://youtu.be/7-da_LWN_cY
-----------------------------------
MELAWAN BUDAYA KULINER
Mari sejenak kita membaca bagaimana kesederhanaan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam urusan makan.
Diantara kebiasaan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ialah seusai shalat subuh, beliau tidak langsung pulang, namun beliau berdzikir hingga terbit matahari baru setelah itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pulang dan menemui istrinya.
Kita akan simak, bagaimana penuturan Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiyallāhu 'anhā. Beliau pernah menceritakan, "Suatu ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah menemuiku, kemudian beliau bertanya:
Māsyā Allāh, pertanyaan yang sangat sederhana, apakah Anda, apakah kalian memiliki sesuatu untuk sarapan? hanya sesuatu, sekalipun sangat sederhana yang penting bisa untuk sarapan.
Ketika Aisyah Radhiyallāhu 'anhā tidak memiliki makanan untuk sarapan, sang istri dengan jujur mengatakan: "Tidak ada, yā Rasūlullāh."
Coba kita bisa perhatikan, bagaimana jawaban suami yang mulia ini? Ketika beliau mendengar, "Tidak ada yang bisa dimakan, yā Rasulullah", Beliau mengatakan:
(HR anNasā'i nomor 2327)
Subhānallāh...
Jawaban yang sangat indah dari seorang suami terbaik di dunia.
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari dialog sederhana ini, namun kita hanya akan membatasi untuk masalah pola makan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Kita bisa perhatikan, bagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, urusan makan merupakan masalah yang paling sederhana, prinsip Beliau ialah kalau ada dimakan, kalau tidak ada Beliau puasa.
Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pesan untuk dimasakkan yang aneh-aneh atau meminta istri untuk didatangkan makanan yang merepotkan dirinya.
Kemudian hal istimewa lainnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, ialah Beliau tidak pernah mencela makanan, jika Beliau berselera Beliau akan makan dan jika Beliau kurang selera Beliau tinggalkan, sama sekali tidak mencela makanan, tidak memberikan komentar untuk makanan.
Kita bisa simak, bagaimana persaksian Abu Hurairah Radhiyallāhu 'anhu, beliau pernah mengatakan:
(HR Bukhari nomor 3299 versi Fathul Bari nomor 3563)
Baik, kita akan coba bandingkan dengan kondisi masyarakat di zaman kita sekarang ini, kita bisa perhatikan ketika masyarakat sudah dikendalikan oleh sebuah budaya yang dikenal dengan budaya kuliner.
Budaya kuliner, urusan makan itu menjadi sesuatu yang sangat rumit, bahkan yang difikirkan bukan lagi soal rasa, bahkan sampai yang difikirkan ialah soal cara penyajian, bagaimana dia makan, bagaimana cara orang bisa bahagia ketika makan, dan itu menyita banyak perhatian.
Sampai saya pernah mendengar ada sebuah restaurant yang menyajikan makanan disamping kandang singa.
Māsyā Allāh, lā haula walā quwwata illā billāh, hanya untuk mendapatkan kepuasan makan, orang itu harus melakukan yang aneh-aneh.
Dulu mungkin kita tidak pernah begitu perhatian dengan yang namanya sarjana ahli masak, kita tidak pernah perhatian dengan jurusan tata boga.
Sekarang māsyā Allāh, permintaannya luar biasa, peminatnya banyak sekali, bahkan menjadi salah satu kebanggaan, orang itu banyak yang sudah bercita-cita jadi cheef ahli masak hingga melupakan ilmu-ilmu yang lainnya yang lebih berharga.
Itulah budaya kuliner, budaya yang telah mempengaruhi banyak manusia menjadi budak bagi pencernaannya, budaya yang mendidik orang untuk bersikap boros, budaya yang mengajarkan kita buang-buang waktu hanya untuk satu urusan yaitu urusan perut.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita hambanya yang bisa menghargai waktu.
__________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------
Sabtu, 09 Rabi'ul Akhir 1438 H / 07 Januari 2017 M
👤 Ustadz Ammi Nur Baits
📔 Materi Tematik | Melawan Budaya Kuliner
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-ANB-BudayaKuliner
🌐 Sumber: https://youtu.be/7-da_LWN_cY
-----------------------------------
MELAWAN BUDAYA KULINER
Mari sejenak kita membaca bagaimana kesederhanaan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam urusan makan.
Diantara kebiasaan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ialah seusai shalat subuh, beliau tidak langsung pulang, namun beliau berdzikir hingga terbit matahari baru setelah itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pulang dan menemui istrinya.
Kita akan simak, bagaimana penuturan Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiyallāhu 'anhā. Beliau pernah menceritakan, "Suatu ketika Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah menemuiku, kemudian beliau bertanya:
هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ
"Apakah kalian memiliki sesuatu (untuk sarapan/untuk di makan)?"Māsyā Allāh, pertanyaan yang sangat sederhana, apakah Anda, apakah kalian memiliki sesuatu untuk sarapan? hanya sesuatu, sekalipun sangat sederhana yang penting bisa untuk sarapan.
Ketika Aisyah Radhiyallāhu 'anhā tidak memiliki makanan untuk sarapan, sang istri dengan jujur mengatakan: "Tidak ada, yā Rasūlullāh."
Coba kita bisa perhatikan, bagaimana jawaban suami yang mulia ini? Ketika beliau mendengar, "Tidak ada yang bisa dimakan, yā Rasulullah", Beliau mengatakan:
فَإِنِّي صَائِمٌ
"Jika, demikian saya puasa saja". (HR anNasā'i nomor 2327)
Subhānallāh...
Jawaban yang sangat indah dari seorang suami terbaik di dunia.
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari dialog sederhana ini, namun kita hanya akan membatasi untuk masalah pola makan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Kita bisa perhatikan, bagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, urusan makan merupakan masalah yang paling sederhana, prinsip Beliau ialah kalau ada dimakan, kalau tidak ada Beliau puasa.
Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pesan untuk dimasakkan yang aneh-aneh atau meminta istri untuk didatangkan makanan yang merepotkan dirinya.
Kemudian hal istimewa lainnya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, ialah Beliau tidak pernah mencela makanan, jika Beliau berselera Beliau akan makan dan jika Beliau kurang selera Beliau tinggalkan, sama sekali tidak mencela makanan, tidak memberikan komentar untuk makanan.
Kita bisa simak, bagaimana persaksian Abu Hurairah Radhiyallāhu 'anhu, beliau pernah mengatakan:
مَا عَابَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم طَعَامًا قَطُّ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ، وَإِلاَّ تَرَكَهُ
“Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau sama sekali tidak pernah mencela makanan, jika beliau menyukai beliau akan makan dan jika beliau tidak selera beliau tinggalkan”(HR Bukhari nomor 3299 versi Fathul Bari nomor 3563)
Baik, kita akan coba bandingkan dengan kondisi masyarakat di zaman kita sekarang ini, kita bisa perhatikan ketika masyarakat sudah dikendalikan oleh sebuah budaya yang dikenal dengan budaya kuliner.
Budaya kuliner, urusan makan itu menjadi sesuatu yang sangat rumit, bahkan yang difikirkan bukan lagi soal rasa, bahkan sampai yang difikirkan ialah soal cara penyajian, bagaimana dia makan, bagaimana cara orang bisa bahagia ketika makan, dan itu menyita banyak perhatian.
Sampai saya pernah mendengar ada sebuah restaurant yang menyajikan makanan disamping kandang singa.
Māsyā Allāh, lā haula walā quwwata illā billāh, hanya untuk mendapatkan kepuasan makan, orang itu harus melakukan yang aneh-aneh.
Dulu mungkin kita tidak pernah begitu perhatian dengan yang namanya sarjana ahli masak, kita tidak pernah perhatian dengan jurusan tata boga.
Sekarang māsyā Allāh, permintaannya luar biasa, peminatnya banyak sekali, bahkan menjadi salah satu kebanggaan, orang itu banyak yang sudah bercita-cita jadi cheef ahli masak hingga melupakan ilmu-ilmu yang lainnya yang lebih berharga.
Itulah budaya kuliner, budaya yang telah mempengaruhi banyak manusia menjadi budak bagi pencernaannya, budaya yang mendidik orang untuk bersikap boros, budaya yang mengajarkan kita buang-buang waktu hanya untuk satu urusan yaitu urusan perut.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan kita hambanya yang bisa menghargai waktu.
__________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------
SHARE IT