Selasa, 27 Desember 2016

Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 8)


Rabu, 02 Shafar 1438 H / 02 November 2016 M
Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
Materi Tematik | Adab Dan Hukum Di Sosial Media (Bagian 08)
Download Audio: bit.ly/BiAS-NZ-SosMed-08
-----------------------------------

ADAB DAN HUKUM DI SOSIAL MEDIA (BAGIAN 8)

Assalāmu'alaikum warahmatullāhi wabarakātuh.
Bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan ikhwan dan akhwat yang saya muliakan.
Kita masih berbicara tentang adab dan hukum yang berkaitan dengan sosial media.

(9) Point yang kesembilan: HATI-HATI BERKOMENTAR
Hati-hati memberikan komentar di sosmed.
Dan ini saya tekankan, apalagi kita sudah belajar. Walaupun orang itu jelas-jelas bersalah, apalagi sudah taubat, dan kita tidak tahu kapan dia taubat kepada Allāh Subhanahu wa Ta'ala.
Ini yang ditakutkan oleh para ulama. Gampang memberikan komentar kepada saudaranya.
Ulama besar, Ibrahim An Nakha'i, beliau mengatakan:

" إني لأرى الشيء أكرهه، فما يمنعني أن أتكلّم فيه إلا مخافة أن أُبتلى بمثله".
"Aku melihat sesuatu yang aku tidak suka, tidak ada yang menahanku untuk berkomentar dan membicarakan dirinya kecuali karena aku khawatir aku yang akan ditimpakan masalahnya dikemudian hari."

Misalnya, kalau ada jama'ah pengajian berzinah, na'udzubillāh. Kalau itu terjadi di jaman Ibrahim An Nakha'i, itu tidak ada yang membuat beliau tidak berkomentar kecuali beliau khawatir beliau terjatuh ke dalam zinah tersebut. Dan itu real.

Ini konsep para sahabat, konsep para tabi'in.

Hasan Al Basri mengatakan dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Ash Shamt:
كانوا يقولون من رمي أخاه بذنب قد تاب إلى الله منه لم يمت حتى يبتليه الله به
"Para sahabat dan tabi'in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allāh, maka Si Pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut."

Antum tahu, teman pengajian antum terfitnah dengan wanita. Dia pacaran atau dia jalin hubungan, bahkan mungkin selingkuh. Lalu antum ceritakan, antum cela. Maka kata para sabahat anda tidak akan meninggal kecuali anda terlibat perselingkuhan. Na'udzubillāh.

Mengapa mereka memiliki konsep demikian?

Ya karena hadits Nabi shālallāhu 'alayhi wassalam.

Kata Nabi shālallāh 'alayhi wassalam dalam hadits yang dihasankan oleh Imam Tirmidzi nomor 2506 dan dihasakan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arna'uth:
لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فيعافيه الله وَيَبْتَلِيكَ ».
"Janganlah anda mencela saudara anda terang-terangan karena dosa-dosa dia, karena bisa jadi Allāh akan mengampuni dia dan Allāh akan masukan anda ke dosa tersebut."

Kita lihat teman kita yang sudah dekat sama Allāh, ternyata berzina. Lalu kita bicarakan di group. Allāh akan ampuni saudara anda dan anda akan berzina.

Na'udzhubillāh tsumma na'udzubillāh.

Dalam hadits Imam Tirmidzi dan Imam lainnya juga mengatakan hal yang sama.

Bahkan sekaliber 'Abdullāh bin Mas'ud tidak berani kasih komen kalau lihat anjing. Kata beliau:
لو سخرت من كلب، لخشيت أن أكون كلبً
"Jika aku mencela dan merendahkan seekor anjing, aku khawatir aku akan dirubah seperti anjing atau Allāh berikan sifat-sifat buruk anjing itu kepada diriku."

Sebagaimana yang tercantum dalam kitab Az Zuhud karya Al Imam Hinan bin Sirh.

Jadi, Abdullāh Bin Mas'ud tidak suka sama anjing tapi tidak dikomentarin.

Kita semua dikomentarin. Kita dikit-dikit komen, dikit-dikit komen, ini fatal.

Ibnu Mas'ud, sama anjing aja tidak berani mengomentarin.

Kita, facebook kita isinya komen, komen dan komen. Ada orang salah dikomentarin.

Kasih udzur lah atau kalau mau kasih nasehat, secara sir (rahasia).

Kenapa dikit-dikit komen, dikit-dikit komen, itu tidak bagus. Dan salah satu hukumannya kita akan terjatuh ke lubang yang sama.

"Tapi saya kesal sekali sama dia ustadz, dia bermaksiat kepada Allāh, merusak dakwah."

Apa kata Nabi shālallāhu 'alayhi wassalam?

Dan hadits berikut ini juga pelajaran bagi kita yang suka dikomenin orang. Jangan di balas komen itu, jangan di balas dengan komen yang menyerang lagi. Akhirnya kita balas-balasan di sosmed kita,.

Simak baik-baik hadits ini:
وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
"Jika ada seseorang yang mencela anda karena dia tahu aib-aib anda. Jangan dibalas walaupun anda tahu aib-aib dia. Karena cukuplah caci maki dia kepada kita akan membuat dia terkena bencana dari Allāh Subhanahu wa Ta'ala."
(HR Abu Daud nomor 4084 dan Tirmidzi nomor 2722)

Dia buka kartu kita, kita jangan buka kartu dia, jangan dibalas, walaupun kita tau.

Mungkin dulu ada yang selingkuh lalu ketahuan. Lalu diadukan, dicela dan seterusnya.

Tiba-tiba berikutnya dia lihat teman istrinya itu selingkuh juga. Tidak usah dibuka walaupun sebelumnya dia caci maki kita.

Kalau sudah begini anda tidak usah ikut campur. Nikmatin hidup aja. Insya Allah jadi penghapus dosa. Evaluasi diri. Tidak usah caci maki. Karena Allāh yang akan balas.

Memangnya kalau anda yang balas mau ngapain sih?

Mana yang lebih pedih, balasan Allāh atau balasan kita? Balasan Allāh.

Ya sudah, biarkan saja Allāh balas. Allāh syadidul iqab (sangat keras siksanya). Tidak usah dipikir, dia akan habis.

Akan di azab oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala kalau dia tidak bertaubat kepada Allāh.

Karena itu berhati-hatilah kalau komen.

Allāhu A'lam bish shawwab.
__________________________________
Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
------------------------------------------

SHARE IT
Facebook Twitter Google Digg StumbleUpon Reddit LinkedIn Pinterest buffer
Privacy Policy      Disclaimer      Sitemap      Contact Us      © 2017  Ekataba
Powered by Blogger