🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 29 Rabi'ul Awwal 1438 H / 28 Desember 2016 M
👤 Ustadz Abdullāh Zaen MA
📔 Materi Tematik | Menanamkan Akhlak Yang Mulia Kepada Anak (Bagian 3 dari 5)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AZ-AkhlakMulia-03
🌐 Sumber: https://youtu.be/rgdmJJrbxho
-----------------------------------
MENANAMKAN AKHLAQ YANG MULIA KEPADA ANAK BAGIAN 3 DARI 5
Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita akan melanjutkan pembahasan tentang fiqih pendidikan anak.
Kalau misalnya anak itu dari kecil sudah terbiasa untuk sabar, sudah terbiasa untuk bisa menerima nasehat, sudah terbiasa untuk tidak serampangan, sudah terbiasa untuk berbagi, karena orang tuanya yang membiasakan itu, maka dengan idzin Allāh besarnya akan seperti itu.
Maka disini kita perlu melihat anak kita.
Setiap manusia itu punya sifat dasar buruk. Diantara sifat dasar buruk, yaitu:
√ Rakus
√ Bodoh
√ dan seterusnya.
Nah, kalau misalnya kita melihat ada potensi sifat buruk tersebut dan kita melihat itu agak menonjol di dalam diri anak kita, maka tanggung jawab orang tua adalah berusaha memperbaiki. Dan tidak boleh ada alasan, "Ini sudah bawaan bayi," tidak boleh seperti itu.
Justru kita harus punya tanggung jawab untuk merubah.
Bagaimana caranya gawan (bawaan) bayi yang jelek itu bisa berubah menjadi baik?
Ya itulah tugasnya orang tua!
⇒ Misalnya ada anak, anak ini kok kalau makan tidak pernah mikir adik-adiknya atau kakaknya alias ego (egois).
Kalau misalnya kita melihat, kita bisa membaca, nih, anak kita ini kalau makan tidak pernah ingat adiknya, atau kakaknya, atau saudaranya, oh ini perilaku yang jelek.
Kalau (misalnya) kita sudah mencium adanya bau seperti itu, maka kita sebagai orang tua, setelah kita bisa mendeteksi adanya perilaku buruk, benih-benih itu, maka jangan biarkan benih itu akan semakin besar.
Kalau bisa benih itu diputus, sebelum benih itu membesar.
Itulah tugasnya orang tua!
Ketika orang tua melihat ada anak yang punya potensi perilaku buruk, dia punya sifat kayak tadi misalnya egois, maka kita sebagai orang tua harus berusaha untuk mengkikis sifat itu sedikit demi sedikit.
Di antara caranya, misalnya:
Kita ajak anak itu untuk pergi ke warung untuk beli jajan (misalnya), "Ayo nak beli jajan."
Dia milih, ternyata dia ngambil cuma satu jajan.
Lalu kita tanya, "Loh buat adik mana?"
→ Dia mulai dilatih, ternyata saya ini hidup di rumah ada adik, atau ada kakak.
"Loh buat adik, buat kakak mana, oh iya, jadi beli berapa ini?"
Beli tiga, satu buat kamu, satu buat adik, satu buat kakak (itu namanya pembiasaan).
Kalau misalnya kita melihat kok anak ini agak tergesa-gesa atau gampang emosi. Maka kita sebagai orang tua tidak boleh membiarkan anak itu berkembang di dalam sifat emosinya. Karena nanti kalau sudah terlanjur besar, kita akan kesulitan untuk merubah sifat yang sudah terlanjur melekat dan mendarah daging dalam diri anak kita.
Kalau kita melihat anak kita emosian saat dia mengungkapkan emosinya, kita dekap dia (misalnya) atau kita omongi dengan pelan-pelan atau mungkin ketika dia lagi emosi sulit diomongi, kita ngomonginya ketika dia sedang kondisi psikologisnya sedang stabil.
Kita sampaikan kepada dia, "Nak apa manfaatnya suka marah-marah, apakah kamu mendapat pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla kalau marah-marah, tahu gak kalau kamu marah-marah itu yang senang siapa?"
Setan.
Apakah kamu pengen bikin senang setan atau kamu pengen bikin setan itu sedih?
Kalau misalnya kamu marah-marah gitu setan tambah senang. Setan itu musuh kita. Jangan bikin musuh kita senang. Bikinlah musuh kita sedih.
Bagaimana caranya?
Kalau misalnya kamu sedang marah, coba kamu berta'awudz, mengucapkan apa?
Jadi kalau misalnya kita melihat ada potensi sifat-sifat buruk yang ada dalam diri anak kita, maka tugasnya orang tua sedini mungkin adalah berusaha untuk memutus potensi tersebut dan tidak membiarkan potensi keburukan itu akan semakin membesar.
Sebaliknya kalau kita melihat anak kita punya potensi yang baik, itulah tugas orang tua untuk terus mengembangkan potensi yang baik tersebut.
Maka langkah yang pertama menuju mencetak anak yang mulia akhlaknya adalah kita harus membina anak kita secara nyata.
Secara nyata itu bagaimana?
⇒ Secara nyata itu antara lain adalah kita harus menjadi teladan yang baik buat anak kita.
Sampai disini pengajian kita pada kesempatan kali ini, terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kita tutup dengan membaca:
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------
Rabu, 29 Rabi'ul Awwal 1438 H / 28 Desember 2016 M
👤 Ustadz Abdullāh Zaen MA
📔 Materi Tematik | Menanamkan Akhlak Yang Mulia Kepada Anak (Bagian 3 dari 5)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AZ-AkhlakMulia-03
🌐 Sumber: https://youtu.be/rgdmJJrbxho
-----------------------------------
MENANAMKAN AKHLAQ YANG MULIA KEPADA ANAK BAGIAN 3 DARI 5
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون, َ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ,فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allāh Tabāraka Ta'āla. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, kepada para shahābatnya, keluarganya, dan umatnya yang setia mengikuti tuntunannya, hingga diakhir nanti.السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون, َ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ,فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita akan melanjutkan pembahasan tentang fiqih pendidikan anak.
Kalau misalnya anak itu dari kecil sudah terbiasa untuk sabar, sudah terbiasa untuk bisa menerima nasehat, sudah terbiasa untuk tidak serampangan, sudah terbiasa untuk berbagi, karena orang tuanya yang membiasakan itu, maka dengan idzin Allāh besarnya akan seperti itu.
Maka disini kita perlu melihat anak kita.
Setiap manusia itu punya sifat dasar buruk. Diantara sifat dasar buruk, yaitu:
√ Rakus
√ Bodoh
√ dan seterusnya.
Nah, kalau misalnya kita melihat ada potensi sifat buruk tersebut dan kita melihat itu agak menonjol di dalam diri anak kita, maka tanggung jawab orang tua adalah berusaha memperbaiki. Dan tidak boleh ada alasan, "Ini sudah bawaan bayi," tidak boleh seperti itu.
Justru kita harus punya tanggung jawab untuk merubah.
Bagaimana caranya gawan (bawaan) bayi yang jelek itu bisa berubah menjadi baik?
Ya itulah tugasnya orang tua!
⇒ Misalnya ada anak, anak ini kok kalau makan tidak pernah mikir adik-adiknya atau kakaknya alias ego (egois).
Kalau misalnya kita melihat, kita bisa membaca, nih, anak kita ini kalau makan tidak pernah ingat adiknya, atau kakaknya, atau saudaranya, oh ini perilaku yang jelek.
Kalau (misalnya) kita sudah mencium adanya bau seperti itu, maka kita sebagai orang tua, setelah kita bisa mendeteksi adanya perilaku buruk, benih-benih itu, maka jangan biarkan benih itu akan semakin besar.
Kalau bisa benih itu diputus, sebelum benih itu membesar.
Itulah tugasnya orang tua!
Ketika orang tua melihat ada anak yang punya potensi perilaku buruk, dia punya sifat kayak tadi misalnya egois, maka kita sebagai orang tua harus berusaha untuk mengkikis sifat itu sedikit demi sedikit.
Di antara caranya, misalnya:
Kita ajak anak itu untuk pergi ke warung untuk beli jajan (misalnya), "Ayo nak beli jajan."
Dia milih, ternyata dia ngambil cuma satu jajan.
Lalu kita tanya, "Loh buat adik mana?"
→ Dia mulai dilatih, ternyata saya ini hidup di rumah ada adik, atau ada kakak.
"Loh buat adik, buat kakak mana, oh iya, jadi beli berapa ini?"
Beli tiga, satu buat kamu, satu buat adik, satu buat kakak (itu namanya pembiasaan).
Kalau misalnya kita melihat kok anak ini agak tergesa-gesa atau gampang emosi. Maka kita sebagai orang tua tidak boleh membiarkan anak itu berkembang di dalam sifat emosinya. Karena nanti kalau sudah terlanjur besar, kita akan kesulitan untuk merubah sifat yang sudah terlanjur melekat dan mendarah daging dalam diri anak kita.
Kalau kita melihat anak kita emosian saat dia mengungkapkan emosinya, kita dekap dia (misalnya) atau kita omongi dengan pelan-pelan atau mungkin ketika dia lagi emosi sulit diomongi, kita ngomonginya ketika dia sedang kondisi psikologisnya sedang stabil.
Kita sampaikan kepada dia, "Nak apa manfaatnya suka marah-marah, apakah kamu mendapat pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla kalau marah-marah, tahu gak kalau kamu marah-marah itu yang senang siapa?"
Setan.
Apakah kamu pengen bikin senang setan atau kamu pengen bikin setan itu sedih?
Kalau misalnya kamu marah-marah gitu setan tambah senang. Setan itu musuh kita. Jangan bikin musuh kita senang. Bikinlah musuh kita sedih.
Bagaimana caranya?
Kalau misalnya kamu sedang marah, coba kamu berta'awudz, mengucapkan apa?
أَعُوذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Dilatih anak kita.Jadi kalau misalnya kita melihat ada potensi sifat-sifat buruk yang ada dalam diri anak kita, maka tugasnya orang tua sedini mungkin adalah berusaha untuk memutus potensi tersebut dan tidak membiarkan potensi keburukan itu akan semakin membesar.
Sebaliknya kalau kita melihat anak kita punya potensi yang baik, itulah tugas orang tua untuk terus mengembangkan potensi yang baik tersebut.
Maka langkah yang pertama menuju mencetak anak yang mulia akhlaknya adalah kita harus membina anak kita secara nyata.
Secara nyata itu bagaimana?
⇒ Secara nyata itu antara lain adalah kita harus menjadi teladan yang baik buat anak kita.
Sampai disini pengajian kita pada kesempatan kali ini, terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kita tutup dengan membaca:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________________والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎 www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar